TINKERBELL
Film
Tinkerbell menceritakan tentang kehidupan seorang peri dari Pixie
Hollow yang ada di Neverland, bernama Tinkerbell, yang hidup dari tawa
dan keceriaan seorang bayi. Nama Tinkerbell sendiri didapat setelah ia
dianugerahi masuk kedalam klan para pengrajin/tukang (tinker) yang
bertugas membuat dan memperbaiki peralatan yang digunakan oleh para peri
dengan bakat alam untuk mempersiapkan musim semi di Daratan Utama
(sebutan untuk dunia manusia). Namun Tinkerbell yang
tidak memiliki bakat alam bermimpi untuk bisa ke Daratan Utama pada
musim semi bersama peri-peri yang mempunyai bakat alam. Saat itu
dimulailah pencarian jati diri Tinkerbell dalam mewujudkan mimpinya
dengan mempelajari cara peri-peri berbakat alam menjalankan tugasnya
seperti menebar angin, membuat embun, mengumpulkan cahaya, melukis
bunga, membuat pelangi, dan sebagainya. Jelas Tinkerbell gagal. Ia
frustrasi. Lalu ia terjerat masalah karena merusak semua persiapan para
Peri Pixie Hollow yang akan pergi ke daratan Utama. Tinkerbell harus
mempertanggungjawabkan itu semua dengan membuat alat-alat dari “The Lost
Things”, sebutan untuk barang-barang asing yang berserakan di pantai
Pixie Hollow, yang diduga adalah milik manusia. Tinkerbell pun sukses
mempersiapkan musim semi dengan alat-alat baru yang diciptakannya
sendiri. Akhirnya Tinkerbell berhasil mewujudkan mimpinya pergi ke
Daratan Utama dengan tugas sebagai Tukang yang memperbaiki “The Lost
Things” milik manusia.
Mengapa coba si Peri berbaju hijau itu dinamakan Tinkerbell? Nama Tinkerbell adalah nama yang memiliki sifat Androgini. Nama Tinkerbell memiliki dua kata, “Tinker” dan “Bell”. “Tinker” berarti Tukang atau Pengrajin. Sedangkan “Bell” berarti lonceng. Pengrajin diasosiasikan sebagai profesi yang maskulin. Sedangkan kata “Bell” mengacu kepada sifat lonceng yang cenderung feminin, dan manis. Perempuan biasanya tidak diasosiasikan dengan profesi Tukang/ pengrajin. Dan kata “lonceng” memiliki “rasa” yang feminin karena biasanya digunakan untuk hiasan, pemanis ruangan, dan memiliki fungsi yang spesifik serta eksklusif. Lebih dalam lagi, sebenarnya penamaan yang memiliki karakter bertolak belakang ini menyiratkan pesan dari sang pencipta tokoh Tinkerbell agar Perempuan tidak terjebak dalam status yang melekat pada dirinya terkait dengan profesi dan pekerjaan yang dianugerahkan.
Mengapa coba si Peri berbaju hijau itu dinamakan Tinkerbell? Nama Tinkerbell adalah nama yang memiliki sifat Androgini. Nama Tinkerbell memiliki dua kata, “Tinker” dan “Bell”. “Tinker” berarti Tukang atau Pengrajin. Sedangkan “Bell” berarti lonceng. Pengrajin diasosiasikan sebagai profesi yang maskulin. Sedangkan kata “Bell” mengacu kepada sifat lonceng yang cenderung feminin, dan manis. Perempuan biasanya tidak diasosiasikan dengan profesi Tukang/ pengrajin. Dan kata “lonceng” memiliki “rasa” yang feminin karena biasanya digunakan untuk hiasan, pemanis ruangan, dan memiliki fungsi yang spesifik serta eksklusif. Lebih dalam lagi, sebenarnya penamaan yang memiliki karakter bertolak belakang ini menyiratkan pesan dari sang pencipta tokoh Tinkerbell agar Perempuan tidak terjebak dalam status yang melekat pada dirinya terkait dengan profesi dan pekerjaan yang dianugerahkan.
Di
Pixie hollow, sebagian besar peri berjenis kelamin perempuan. Pemimpin
tertinggi Pixie hollow juga perempuan. Beliau adalah Ratu Clarion. Peri
laki-laki tidak banyak ditampilkan di film ini. Yang menonjol hanya
Bobble dan Clank, teman laki-laki Tink sesama peri tukang/ Pengrajin, serta Terrence,
Peri penjaga Danau Pixie Dust. Karena peran Perempuan disini lebih
banyak jumlahnya, juga peran-peran yang dimiliki lebih tinggi dan tidak
tersubordinasi oleh laki-laki.
Pada
pertengahan cerita, Tink membuat kesalahan dengan mengacaukan persiapan
para peri Pixie Hollow untuk Musim Semi. Sudah jelas, ia harus
mempertanggungjwabkan semuanya sendiri. Ia
lalu mencari “The Lost Things”, dan menjadi komandan dalam persiapan
Pixie Hollow untuk Musim Semi. Ini adalah poin dari feminisme
eksistensialis dimana perempuan menjadi objek pemikiran, pengamatan, dan
pendefinisian. Dan secara otomatis, seiring berhasilnya Tinkerbell
menjadi pengrajin teladan, karena mampu memperbaiki kesalahannya, maka
ia berhasil melakukan transformasi sosialis masyarakat Pixie Hollow
untuk mau berkenalan dengan hal-hal yang bersifat inovasi.
Penanaman Nilai-nilai Feminisme Eksistensialis kepada
anak-anak sebenarnya sangat halus dan sulit dilihat apabila kita
menikmati cerita dan kualitas gambarnya yang baik. Film kartun dan
anak-anak adalah suatu perpaduan yang sangat kuat untuk menyuntikkan
nilai-nilai pendidikan, moral, bahkan feminisme. Film dapat membantu
anak-anak mengetahui hak-hak, khususnya anak perempuan, dalam menyikapi
mimpi yang akan diwujudkannya kelak. Tinkerbell mewakili mimpi-mimpi
indah mereka. Dan menjadi penyemangat untuk mereka.
Kesimpulannya
Sumber:http://agstinasekar.blogspot.ca/2013/03/kisah-tinkerbell.html
0 komentar:
Posting Komentar